Manusia telah menganggap
darah sebagai zat dengan sifat regeneratif yang penting sejak jauh sebelum
transfusi darah menjadi salah satu bentuk terapis medis.
Pada zaman dahulu,
transfusi darah atau pemberian darah hanya diberikan untuk persembahan, itupun
dengan mengorbankan darah hewan. Sebagai salah satu komunikasi kepada dewa.
Donor darah atau
pengambilan darah didasarkan pada siatem pengobatan kuno di mana darah dan
cairan tubuh lainnya dianggap sebagai keseimbangan yang tepat untuk menjaga
kesehatan.
Pada 2500 Sebelum Masehi,
penduduk mesir penggunakan pengambilan darah pada ilustrasi makam di Memphis,
Mesir. Digambarkan seorang pasien berdarah dari kaki dan leher.
Pada akhir 1800,
pengambilan darah diperyanayakan sevara medis. Manfaat lmya muli diperyanyakan.
Beberapa masih menganggap donor darah bermanfaat dalam keadaan tertentu,
seperti mwmbersihkan darah yang terinfeksi, melemah, atau menghentikan
pendatahan.
Sampai akhirnya
pengambilan darah terus berlanjut sampai sekarang dengan membedakan golongan
darah dari setiap orang. Hal ini kemudian yang membawa transfusi darah bisa
dilakukan kembali.
Transfusi darah ke manusia
Tanggal 15 Juni 1667, transfusi darah langsung pertama ke manusia dilakukan
oleh dokter Jean-Baptise Denis. Dirinya memberikan seorang pria muda yang demam
sekitar 12 ons darah yang diambil dari seekor domba.
Pria muda itu pulih dengan cepat. Tak lama setelah itu, Denis
melakukan transfusi lain yang juga tampaknya berhasil. Namun, pasien transfusi
ketiga dan keempat meninggal saat transfusi sedang berlangsung.
Istri pasien keempat menuduh Denis melakukan pembunuhan. Denis
dibawa ke oengadilan dan dibebaskan dari kesalahan, tetapi pengadilan juga
memutuskan untuk melarang transfusi darah.
Parlemen Perancis, Gereja Katolik, dan Royal Society mengeluarkan
larabgan tentang transfusi darah.
Hasilnya Prosedur tersebut tidak lagi digunakan dalam pengobatan
umum sampai pertengahan abad ke-19.
Sampai akhirnya transfusi darah untuk manusia aman dilakukan
setelah penemuan golongan darah oleh Karl Landsteiner. Di mana dirinya
menemukan golongan darah A,B, dan O pada tahun 1901 dan golongan darah AB pada
tahun 1902.
Mencampur darah dari dua golongan darah yang tidak kompatibel
menyebabkan respons imun yang bisa berakibat fatal. Hal inilah yang membuat
penemuan Karl Landsteiner cukup penting dan mampu menghidupkan kegiatan
transfusi darah berjalan sampai sekarang. (amin)
Sumber Kompas.com