Dalam enam hari terakhir,
tercatat 100 jenazah dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Untuk memakamkan jenazah
dengan protokol Covid-19 itu, Kabupaten Ponorogo memiliki tiga tim relawan.
“Awalnya hanya tiga tim. Satu tim enam orang.
Dengan kondisi banyaknya
jenazah yang harus kami makamkan tim relawan kewalahan sekali. Makanya sekarang
kami tambahkan dua tim lagi. Itu pun baru kemarin kami tambahkan,” ujar Kepala
Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Ponorogo, Setyo Budiono Rabu (7/7/2021).
Menurut Budi, terbatasnya
jumlah tim pemakaman membuat banyak relawan kelelahan.
Pasalnya, satu tim bisa
memakamkan empat hingga lima jenazah dengan protokol Covid-19 dalam sehari.
Lokasi pemakaman pun berbeda-beda.
Selain jumlah jenazah, jarak
lokasi pemakaman yang berjauhan membuat relawan kewalahan. Belum lagi jika
relawan harus memakamkan jenazah di wilayah pegunungan, seperti Sooko, Ngrayun,
Sawoo, hingga Pulung.
“Bisa dibayangkan kalau tiga
tim menangani sepuluh kali pemakaman sudah blepotan. Apalagi sehari sekarang
bisa 20 kali.
Satu tim sekarang bisa empat
kali memakamkan jenazah secara prokes,” jelas Budi. Terkadang tim relawan harus
melewati sungai dan berjalan hingga satu kilometer untuk bisa sampai di lokasi
pemakaman.
Tim makin kewalahan karena satgas di tingkat desa tidak berfungsi optimal. Hal itu membuat beban tim relawan di BPBD Ponorogo bertambah karena harus memakamkan jenazah di seluruh wilayah.
“Rata-rata di desa banyak yang takut (memakamkan). Banyak
satgas-satgas desa yang tidak berfungsi. Makanya beban kami bertambah berat,”
jelas Budi.