CERITARELAWAN.ID, Jepara - Segarnya udara, diiringi kicau burung dan gemercik air di lokasi wisata alam Kali Bening, terdengar begitu jelas. Kicau burung dan gemercik air itu biasanya nyaris tak terdengar. Hilang ditelan riuh rendah suara pengunjungnya. Saat ramai pengunjung, wisata alam Kalibening menjadikan perekonomian warga sekitar semakin menggeliat.
Kali Bening adalah salah satu tempat wisata alam andalan Desa Tanjung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara.
Lokasinya berada di sebuah lembah Dukuh Ngrebu, yang diapit lereng-lereng bukit sisi barat gunung Muria. Kali Bening diapit dua dukuh paling timur desa ini, yakni Dukuh Gronggong dan Dukuh Jabung. Ke arah timur lagi hanya ada lereng, lalu puncak gunung Muria.
Meski berada di lembah, di antara lereng-lereng barat gunung Muria, akses jalan ke Kali Bening terhitung mudah. Permukaan mulus dengan aspal hotmix mendominasi jalan yang berkelak-kelok di antara perbukitan.
Nyaris tidak ada medan yang memberikan kesulitan berarti kepada pengunjung, baik yang mengendarai kendaraan roda dua maupun roda empat.
Sejak dibuka untuk wisatawan lebih dari dua tahun lalu, Kali Bening ramai pengunjung. Dari arah kota Jepara, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Pakisaji, maupun Kecamatan Bangsri, pengunjung bisa mengarahkan kendaraan ke Desa Plajan. Melewati situs Gong Perdamaian Dunia, lalu mengikuti jalan utama hingga ke lokasi.
Sesuai namanya, air sungai yang alirannya membelah titik utama lokasi wisata Kali Bening begitu jernih. Tanpa pengunjung, suara gemercik air yang alirannya meliak-liuk di antara bebatuan, terdengar begitu jelas dari tempat Al Munaroh menerima Gelora di rumahnya. Rumah ini terletak tepat di atas aliran sungai di titik utama lokasi wisata.
Jika pun tanpa gemercik, keheningan aliran sungai di Kali Bening hanya terjadi di bagian kedung, tempat favorit para pengunjung yang senang berendam. Padi yang menguning mendekati masa panen di persawahan barada di kanan dan kiri sungai, menjadi bagian lain keindahan alam yang menambah daya tarik tempat wisata ini.
“Memang keindahan alam inilah yang kami tawarkan kepada pengunjung. Kami bersyukur sejak dibuka lebih dari dua tahun lalu, Kali Bening semakin ramai. Karena itulah kami terus menambah fasilitas wisata di tempat ini. Mulai dari tempat parkir, warung, spot foto, tempat bersantai, hingga fasilitas MCK,” ujar Al Munaroh sambil menunjukkan bangunan baru dengan tujuh ruangan sebaris, yang memiliki pintu sendiri di setiap ruangnya.
Menurut Al Munaroh, pokdarwis pengelola Kali bening adalah seluruh warga di 2 RT di sekitar lokasi itu, yakni RT 31 dan RT 32 RW 5 Desa Tanjung. Setiap keluarga mendapat jatah 1 orang untuk piket menjaga lokasi.
“Pembagiannya berdasar hari pasaran, Wage, Kliwon, Legi, Pahing, dan Pon. Masing-masing 13 orang. Dengan demikian setiap kelompok punya kesempatan berjaga pada hari ramai pengunjung, yaitu Jumat sampai Minggu,” katanya.
Pada hari-hari ramai, setiap orang bisa mengantongi pendapatan di atas Rp150 ribu, bahkan bisa Rp200 ribu lebih. Pendapatan berasal dari tiket masuk sebesar Rp5 ribu per motor, dan Rp15 ribu per mobil.
“Tidak per pengunjung, tapi per kendaraan. Itu sudah termasuk fasilitas parkir gratis sampai pukul 16.00 WIB. Kalau pulang lebih sore, ya, ditarik parkir Rp2 ribu per motor dan Rp5 ribu per mobil,” ujarnya.
Tentu saja tidak semua pendapatan dari tiket masuk lokasi menjadi milik warga yang berjaga.
“Bagian tugas parkir dan jaga hanya 40 persen. Kami berkontribusi 10 persen pendapatan ke pemerintah desa. Sedangkan sisanya untuk kas wisata dan pemilik lahan parkir. Kas itu bisa kami gunakan untuk terus menambah fasilitas wisata di sini. Tapi kalau bangunan MCK itu bantuan dari atas, dari pemerintah,” kata Al Munaroh.
Lazimnya tempat wisata, warga juga mendapat manfaat ekonomi dari usaha pelengkap, yaitu warung. Agar tidak ada pengunjung kena tengkik, ada kesepakatan harga semua jenis makanan dan minuman. Harga tertera pada banner yang terpasang di semua warung.
Setidaknya ada 15 warung untuk melayani kebutuhan pengunjung. “Kalau pas ramai, nilai transaksi kami bisa mencapai Rp500 ribu dalam sehari. Keuntungannya sekitar seribu rupiah per kemasan makanan atau minuman,” ujar Ngadiman, warga RT 31 RW 5 yang sekaligus salah satu pemilik warung di Kali Bening. (*)