Waspadai Glomerulonefritis

ilustrasi perbandingan ginjal normal dan ginjal penderita glomerulonefritis (Foto sumber.com)

Pengertian Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal berupa kerusakan yang terjadi pada glomeruli. Glomeruli adalah penyaring kecil di dalam ginjal yang berfungsi membuang cairan berlebih, elektrolit, dan sampah dari aliran darah. Kerusakan ini akan menyebabkan terbuangnya darah serta protein melalui urine.

Kondisi glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa berbeda-beda. Ada yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut) dan ada yang jangka panjang (kronis). Penyakit ini juga bisa berkembang pesat sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau bulan.

Gejala-gejala Glomerulonefritis

Glomerulonefritis jarang menyebabkan gejala yang spesifik. Tetapi jika bertambah parah, kondisi ini bisa memicu munculnya darah pada urine. Beberapa indikasi lain yang mungkin menyertai gejala utama tersebut meliputi:

  • Urine yang berbuih.
  • Hipertensi.
  • Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, dan perut.
  • Kelelahan karena anemia atau gagal ginjal.
  • Banyak penyakit yang bisa menjadi penyebab di balik gejala ini. Anda sebaiknya memeriksakan diri secara saksama jika mengalaminya agar penyebabnya bisa diketahui.

Penyebab dan Faktor Pemicu Glomerulonefritis

Penyebab di balik glomerulonefritis belum diketahui secara pasti. Namun para pakar menduga bahwa glomerulonefritis merupakan kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan menyerang sel-sel yang sehat. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin bisa memicu inflamasi dan kerusakan pada glomeruli.
  • Komplikasi dari infeksi-infeksi tertentu, misalnya infeksi tenggorok oleh bakteri streptokokus, HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C, serta endocarditis (radang katup jantung).
  • Mengidap kondisi autoimun lain yang biasanya diturunkan, contohnya lupus, vaskulitis (inflamasi pada dinding pembuluh darah), atau nefropati immunoglobulin A (IgA) yaitu penumpukan jenis immunoglobulin A pada glomeruli ginjal.
  • Mengidap penyakit kronis, seperti hipertensi atau diabetes.
  • Diagnosis Glomerulonefritis
Kondisi ini umumnya diketahui melalui hasil tes urine yang abnormal. Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lebih mendetail seperti:
  • Tes darah untuk memeriksa kadar kreatinin dan ureum dalam darah. Peningkatan substansi ini akan mengindikasikan kerusakan ginjal serta glomeruli.
  • Tes urine, khususnya untuk mengecek kadar protein, sel darah putih, dan sel darah merah.
  • USG atau CT scan pada ginjal.
  • Pengambilan sampel jaringan ginjal melalui prosedur biopsi. Ini dilakukan jika dokter perlu memastikan Anda mengidap glomerulonefritis. Biopsi juga akan membantu dokter untuk mencari penyebab glomerulonefritis yang Anda idap.
Pengobatan Glomerulonefritis

Langkah pengobatan untuk tiap pengidap glomerulonefritis tentu berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis glomerulonefritis yang Anda idap (kronis atau akut), penyebabnya, serta tingkat keparahan gejala yang Anda alami.

Glomerulonefritis ringan terkadang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa membutuhkan penanganan tertentu. Biasanya yang diakibatkan oleh infeksi streptokokus pada tenggorokan. Sementara penanganan untuk glomerulonefritis jangka panjang atau kronis bisa dilakukan dengan:
  • Mengendalikan hipertensi dan kadar gula darah Anda.
  • Menangani penyebab glomerulonefritis yang Anda idap.
  • Menggunakan obat-obatan, misalnya imunosupresan atau kortikosteroid.
  • Menerapkan pola hidup sehat, misalnya teratur berolahraga, mengurangi konsumsi makanan bergaram atau berprotein tinggi, berhenti merokok, serta meningkatkan konsumsi cairan dan serat.
Komplikasi Glomerulonefritis

Glomerulonefritis terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu, terutama yang ringan. Tetapi jika tidak ditangani dengan saksama, kondisi ini bisa bertambah parah dan memicu penyakit lain. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
  • Hipertensi.
  • Sindrom nefrotik.
  • Gagal ginjal akut.
  • Penyakit ginjal kronis.
  • Kerusakan pada organ lain seperti gagal jantung dan oedema paru karena cairan tertahan di dalam tubuh.
(Sumber: aladokter.com)