Rapat tersebut melibatkan berbagai pihak terkait seperti Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (P3A), Badan Bendungan Wilayah Sungai (BBWS), Perhutani, Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB), Palang Merah Indonesia (PMI), Camat, Kepala Desa wilayah rawan bencana, serta pihak terkait lainnya.
Sugiri Sancoko menyatakan bahwa ancaman bencana hidrometeorologi menjadi perhatian serius Pemkab Ponorogo. Oleh karena itu, rapat koordinasi ini bertujuan untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana. Bupati juga menekankan pentingnya tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko bencana yang lebih besar.
Kepala BPBD Ponorogo, Masun, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan segala kebutuhan untuk penanganan bencana, termasuk membantu korban bencana. Peralatan yang telah disiapkan antara lain terpal, perahu karet, bronjong anyaman bambu, dan lain-lain. Selain itu, kebutuhan pokok untuk para korban bencana juga telah disiapkan dalam ratusan paket.
Rapat koordinasi juga membahas upaya-upaya untuk mengurangi risiko bencana, seperti normalisasi sungai, perbaikan saluran air, pembersihan sampah, dan penghijauan di daerah rawan bencana. Komunikasi antar pihak terkait juga ditingkatkan untuk meminimalisir dampak dari ancaman bencana. Hal ini termasuk peningkatan debit air sungai yang ditandai dengan berbunyinya sirine Early Warning System (EWS) yang segera disampaikan kepada warga.
Bupati Sugiri Sancoko menggambarkan Kabupaten Ponorogo sebagai "supermarket bencana" setelah rapat koordinasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi. Banjir dan longsor sering terjadi di wilayah tersebut, termasuk di wilayah tetangga. Untuk mengurangi risiko bencana, berbagai pihak terlibat dalam rapat koordinasi tersebut, termasuk Perhutani, BPBD, BBWS Solo, RAPI, PMI, FPRB, Dinsos, dan DPUPKP. Masyarakat juga diajak untuk melakukan kerja bakti dalam pembersihan sungai, terutama di Sungai Maguwan yang sering mengalami banjir.
Dengan adanya rapat koordinasi ini, diharapkan Kabupaten Ponorogo dapat lebih siap menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi dan mampu melakukan tindakan pencegahan yang efektif. Semua pihak terkait bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tangguh dalam menghadapi bencana. (min)
Sugiri Sancoko menyatakan bahwa ancaman bencana hidrometeorologi menjadi perhatian serius Pemkab Ponorogo. Oleh karena itu, rapat koordinasi ini bertujuan untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana. Bupati juga menekankan pentingnya tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko bencana yang lebih besar.
Kepala BPBD Ponorogo, Masun, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan segala kebutuhan untuk penanganan bencana, termasuk membantu korban bencana. Peralatan yang telah disiapkan antara lain terpal, perahu karet, bronjong anyaman bambu, dan lain-lain. Selain itu, kebutuhan pokok untuk para korban bencana juga telah disiapkan dalam ratusan paket.
Rapat koordinasi juga membahas upaya-upaya untuk mengurangi risiko bencana, seperti normalisasi sungai, perbaikan saluran air, pembersihan sampah, dan penghijauan di daerah rawan bencana. Komunikasi antar pihak terkait juga ditingkatkan untuk meminimalisir dampak dari ancaman bencana. Hal ini termasuk peningkatan debit air sungai yang ditandai dengan berbunyinya sirine Early Warning System (EWS) yang segera disampaikan kepada warga.
Bupati Sugiri Sancoko menggambarkan Kabupaten Ponorogo sebagai "supermarket bencana" setelah rapat koordinasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi. Banjir dan longsor sering terjadi di wilayah tersebut, termasuk di wilayah tetangga. Untuk mengurangi risiko bencana, berbagai pihak terlibat dalam rapat koordinasi tersebut, termasuk Perhutani, BPBD, BBWS Solo, RAPI, PMI, FPRB, Dinsos, dan DPUPKP. Masyarakat juga diajak untuk melakukan kerja bakti dalam pembersihan sungai, terutama di Sungai Maguwan yang sering mengalami banjir.
Dengan adanya rapat koordinasi ini, diharapkan Kabupaten Ponorogo dapat lebih siap menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi dan mampu melakukan tindakan pencegahan yang efektif. Semua pihak terkait bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tangguh dalam menghadapi bencana. (min)