PMI Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Gaza di El Arish


ceritarelawan.id, Mesir - Bantuan kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) sebanyak 32,5 ton tiba di El Arish, kota terdekat dari Gerbang Rafah dan diisi oleh sekitar 1.500 pengungsi masyarakat Gaza. 

Bantuan ini merupakan bantuan dari masyarakat Indonesia yang disalurkan melalui PMI. 

Bantuan yang terdiri dari 1.000 unit selimut dan bahan pangan seperti beras, gandum, gula, garam, dan minyak goring dibawa melalui jalan darat dengan menggunakan dua truk dan menempuh perjalanan dari Cairo ke El Arish selama 5 jam perjalanan.
 
Sekretaris Jenderal PMI Dr. Abdurrahman Mohammad Fachir yang saat ini berada di Mesir mengatakan, diantara bantuan tersebut PMI juga mendistribusikan peralatan bayi serta obat-obatan kepada pengungsi Gaza yang saat ini tengah menghadapi cuaca dingin.  

“Kami bersyukur bantuan telah tiba di El Arish dan segera kami salurkan kepada masyarakat Gaza yang saat ini mengungsi di wilayah perbatasan, El Arish. Tim kami juga mendistribusikan pakaian bagi bayi dan anak-anak, termasuk jaket karena saat ini cuaca sangat dingin, serta obat obatan untuk klinik-klinik kesehatan di wilayah El Arish,” kata Sekjen PMI, A.M. Fachir.

Ditambahkannya, pengadaan sekaligus penyaluran bantuan PMI ke wilayah El Arish ini berkat dukungan Bulan Sabit Merah Mesir dan pihak KBRI Mesir dan lembaga terkait lainnya. 

“Dalam pengelolaan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Gaza baik yang berada di wilayah Palestina maupun di wilayah Mesir ini, PMI bekerjasama dengan Egyptian Red Crescent, KBRI Mesir serta Lembaga Bantuan yang berbasis di Gaza Palestina. PMI ke depan akan terus mendorong bantuan lainnya dan memastikan agar bantuan tersebut sampai pada para pengungsi, baik yang ada di wilayah Gaza maupun yilayah Mesir,” jelas A.M. Fachir.

Berbagai bantuan tersebut diberikan sesuai hasil asesmen Tim Bulan Sabit Merah Mesir di pengungsian, termasuk bantuan bahan makanan yang akan digunakan untuk mensuplai fasilitas dapur umum yang dipusatkan Bulan Sabit Merah Mesir di El Arish. Dapur umum ini berfungsi untuk mengolah makanan yang akan didistribusikan ke masyarakat di dalam wilayah Gaza.   

“Bantuan bahan pangan, pakaian, dan obat obatan yang diberangkatkan ke El Arish pada 7 Februari ini mengacu pada hasil asesmen tim Bulan Sabit Merah Mesir Egyptian dan didistribusikan pada hari ini 8 Februari 2024 untuk pengungsi Gaza yang ada di El Arish dan juga di wilayah Rafah Gaza. Tim BSM Mesir menjadikan El Arish sebagai pusat dapur umum karena ketersediaan fasilitas listrik dan juga gas. Saat ini fasilitas dapur umum skala besar tidak ada di wilayah dalam Gaza. Makanan hasil olahan yang dikerjakan di El Arish nantinya akan didistribusikan ke wilayah Gaza yang bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan darat,” jelas Arifin Muh. Hadi, Ketua Tim PMI untuk Misi Kemanusiaan Gaza.

Konflik yang terus berlanjut di Jalur Gaza sampai saat ini belum ada tanda tanda penyelesaian dan bahkan semakin memprihatinkan. Agresi pemboman dan pengepungan yang terus terjadi menyebabkan dampak penderitaan yang luar biasa bagi warga Palestina. 

Tekanan kekerasan dan penindasan pihak Israel yang sudah diluar batas batas perikemanusiaan. Kondisi diluar batas kendali warga Gaza semakin memprihatinkan, sangat mengancam kehidupan saat ini dan yang akan datang.

Data Sitrep (situation report) UNRWA atau Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat mencatat bahwa pertempuran sengit di sekitar Khan Younis (barat daya Gaza) selama sepuluh hari terakhir mengakibatkan hilangnya nyawa dan kerusakan infrastruktur sipil, termasuk tempat penampungan terbesar UNRWA di wilayah selatan, Pusat Pelatihan Khan Younis (KYTC). 

Pertarungan lanjutan di Khan Younis adalah memaksa warga Palestina bergerak lebih jauh ke selatan menuju Rafah, yang sangat padat penduduknya.

Fungsi dan akses pelayanan kesehatan sangat terganggu akibat terbatasnya akses listrik dan air. Hal ini menimbulkan bencana kesehatan yang luar biasa. 

Suhu dingin di wilayah Gaza dan sekitarnya serta tingginya peningkatan angka kematian dan cedera akibat pemboman dan kekerasan sangat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan. 

Kondisi ini juga mengakibatkan pengungsian massal tanpa akses shelter yang memadai, gangguan besar dan disfungsi sistem kesehatan, serta kerusakan infrastruktur air dan sanitasi semakin memperparah kondisi kehidupan warga. (min)